BANK SAMPAH : JANGAN DI BUANG, ITU PELUANG!
Penulis :
Ceshilia Putri Palaguna
Apa yang terlintas dibenakmu jika
mendengar kata sampah? mungkin banyak yang berpikiran sampah itu kotor,
menjijikan, sumber penyakit atau tidak berguna. Tapi apakah kamu memikirkan
kata peluang saat mendengar kata sampah?
Banyak orang mungkin tidak
menyadari bahwa sampah dapat menjadi peluang jika dikelola dengan baik, bahkan
dapat menjadi sumber untuk mendapatkan uang. Loh bagaimana bisa? Bukankah
selama ini sampah hanya menjadi sumber masalah mulai dari penyakit, bau, hingga
banjir. Masalah-masalah tersebut sebenarnya muncul saat sampah tidak dikelola
dengan baik. misalnya penyakit yang timbul dari sampah berasal dari binatang
seperti lalat, tikus dan kecoa yang mengerubuti sampah yang dibiarkan
berhari-hari dan ditumpuk disuatu tempat. Jika sampah tersebut dapat langsung
dipilah dan dimanfaatkan kembali, tidak ada waktu bagi binatang-binatang
tersebut untuk hinggap di sampah dan menyebarkan penyakit ke rumah-rumah.
Sedangkan bau yang timbul dari sampah berasal dari sampah organik yang membusuk
atau bahkan sampah yang tercampur di satu wadah tanpa proses pemilahan. Jika
masyarakat sudah teredukasi untuk membuang sampah sesuai jenisnya, bau dari
sampah yang dihasilkan dapat diminimalisir. Terakhir, banjir yang terjadi akibat
sampah yang dibuang ke sungai atau saluran air yang lain, merupakan bukti nyata
bahwa masyarakat masih banyak yang tidak membuang sampah pada tempatnya.
Jangankan untuk memilah dan mengolah sampah, untuk membuang sampah ke tempatnya
saja masih belum menjadi budaya.
Namun, hal tersebut justru menjadi
motivasi bagi kader bank sampah SMP Negeri 2 Jakarta untuk mengolah sampah dan
mengambil peluang dari sampah-sampah yang dihasilkan. Alih-alih menganggap
sampah sebagai sumber masalah, para kader pokja bank sampah menganggap sampah
sebagai sumber berkah. Bagaimana tidak, mereka bisa menghasilkan uang hingga
ratusan ribu rupiah dari sampah yang dikelolanya. Para kader bank sampah
mengelola sampah non organik yang dihasilkan oleh warga sekolah misalnya sampah
botol plastik, kardus, serta sampah kertas. Marsya salah satu kader pokja bank
sampah mengatakan saat awal terbentuknya bank sampah di SMP Negeri 2 Jakarta,
mereka bisa mengumpulkan 2 karung penuh botol plastik dalam sehari. botol
plastik tersebut didominasi oleh botol bekas air mineral yang dikonsumsi siswa-siswi
di sekolah. Semenjak adanya larangan penjualan air mineral kemasan botol di
kantin, produksi sampah botol plastik sudah menurun drastis.
“untuk sampah organik, ada pokja
kompos yang mengelolanya, kami biasanya mengelola sampah non organik yang
diproduksi oleh warga sekolah. sebelum adanya pelarangan penggunaan plastik
sekali pakai dan anjuran membawa tumblr dari rumah, sampah yang mendominasi
adalah sampah bekas botol plastik, sekarang sampah yang lebih banyak adalah
sampah kertas.” Ujar Marsya salah satu kader pokja bank sampah.
Para kader bank sampah yang terdiri dari
siswa-siswi SMPN 2 Jakarta biasanya memulai aktivitas mereka dengan
mengumpulkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang seperti botol plastik. Kegiatan
pengumpulan sampah ini biasanya dilakukan pada hari rabu atau jumat disetiap
minggunya. Kini, sekolah telah menyediakan wadah penampungan khusus botol
plastik, warga sekolah telah terbiasa untuk meletakan sampah botol plastik di
tempat penampungan tersebut. botol-botol yang terkumpul kemudian diambil dan
dibersihkan jika perlu. Proses selanjutnya adalah pemilahan sampah, para kader
akan memisahkan sampah botol plastik, sampah gelas plastik dan sampah kertas
untuk dijual terpisah. Plastik merk dan tutup dari botol-botol tersebut
kemudian dilepaskan dan dipisahkan. Botol yang sudah bersih dan terpisah dari
plastik merk dan tutup botolnya biasanya dihargai lebih mahal saat dijual ke
bank sampah dinas lingkungan hidup. Jika ada kardus atau kertas bekas yang
sudah tidak dipakai, para kader akan merapihkannya dan mengikatnya dengan tali
rafia agar proses penimbangan saat menjual sampah tersebut lebih mudah
dilakukan. Para kader juga belajar untuk mengidentifikasi dan memisahkan sampah
berbahaya untuk mendapat penanganan khusus misalnya sampah bekas baterai remote
AC. Jika sampah-sampah sudah terkumpul banyak, bank sampah sekolah kemudian
akan menghubungi bank sampah suku dinas lingkungan hidup kecamatan Johar Baru
untuk dilakukan proses penjualan.
Ibu Nur Azizah selaku koordinator
bank sampah SMP Negeri 2 Jakarta memiliki harapan khusus yang berfokus pada
pembentukan generasi muda yang peduli lingkungan. “Saya berharap warga SMP
Negeri 2 Jakarta dapat memiliki kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah
yang baik. karena sampah yang tidak dikelola dengan baik hanya akan menimbulkan
berbagai masalah dan dampak negatif. Dimulai dari situ, keinginan siswa untuk
mempelajari cara mengelola sampah akan muncul baik itu sampah anorganik melalui
bank sampah atau pengelolaan sampah organik melalui kegiatan komposting sehingga
meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Lebih jauh, kesadaran untuk
mengurangi produksi sampah yang dihasilkan adalah solusi nyata dari masalah
sampah. karena itu merupakan hulu masalahnya. Sehingga kebiasaan-kebiasaan
kecil seperti menghabiskan makanan, membawa botol minum dan tempat makan sendiri
serta mengurangi pembelian barang yang menghasilkan sampah merupakan aksi nyata
yang sangat berdampak bagi masalah sampah ini”.